CONTOH SKRIPSI FISIKA PROBLEM SOLVING.DOC
CONTOH SKRIPSI FISIKA PROBLEM SOLVING.DOC
DOWNLOAD SKRIPSI FULL KLIK DISINI
Cara download : Klik link - Tunggu 5 Detik klllik SKIPAD pojok kanan atas.
Gambaran Skripsi :
Gambaran Skripsi :
Judul : “PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI KELAS VIII A SMP N 1 BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2010/2011”.
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Muhhibin Syah, 2010: 87). Menurut Sujarwo dalam Suryosubroto (2010: 188-189), permasalahan atau hambatan yang berkaitan dengan proses pembelajaran dapat disebabkan berbagai komponen. Komponen-komponen pembelajaran tersebut adalah kemampuan pendidik dalam pengajaran (pendidik), pihak yang diberi materi pelajaran (peserta didik), bahan yang diajarkan (bahan ajar), proses pembelajaran (strategi, metode, teknik mengajar), sarana dan prasarana belajar serta sistem evaluasi yang diterapkan. Masing-masing komponen tersebut saling mempengaruhi dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran.
Secara praktis, faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran di antaranya adalah kurangnya perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Sebagian besar peserta didik malas diajak berpikir analisis pada materi pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya sikap pasif, apatis, kurang peduli dan masa bodoh dari peserta didik. Namun demikian, dapat dipahami bahwa munculnya tanda-tanda rendahnya keterkaitan peserta didik terhadap suatu pelajaran, sumber kesalahannya tidak hanya terletak pada peserta didik. Pelu disadari, bahwa keberhasilan dan kegagalan suatu pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat dipengaruhi oleh seluruh komponen yang ada, baik itu pendidik, peserta didik, bahan ajar, proses belajar, tempat dan waktu belajar dan kelengkapan sarana serta prasarana. Berangkat dari kondisi tersebut, diperlukan strategi pembelajaran yang memungkinkan berkembangnya kemampuan berpikir kritis agar mencapai prestasi belajar yang memuaskan (Suryosubroto, 2010:190).
Pendekatan pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih pendidik dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik dalam menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Alwi Suparman (1999: 57) dalam Suryosubroto (2010: 195) bahwa strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, peserta didik, peralatan, bahan dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik dituntut memiliki kemampuan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran. Untuk menentukan dan memilih pendekatan pembelajaran, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, kemudian memilih pendekatan pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif. Suatu pendekatan pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila metode tersebut dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari pendekatan yang lain. Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam memilih pendekatan pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi (Suryosubroto, 2010: 1). Bagaimana kegiatan belajar-mengajar di sekolah-sekolah pada umumnya, menurut Raka Joni dalam Karso (1993: 186) mengungkapkan bahwa secara operasional di dalam bentuk pelaksanaannya, pendidikan telah diciutkan menjadi tidak lebih dari upaya pemberian informasi, yang penguasaannya ditagih melalui ujian yang terutama memprasyaratkan hafalan. Hal ini mendorong timbulnya pemikiran baru untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah. Pemikiran ini mengarah pada perlunya penerapan strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan luas kepada para siswa untuk berlatih dan belajar mandiri dan melibatkan partisipasi siswa secara optimal dalam proses pembelajaran (Suryosubroto, 2010: 188).
Hasil wawancara dengan guru kelas VIII SMP N 7 Banjarnegara, menunjukkan adanya permasalahan yang dihadapi oleh guru yaitu kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa sehingga proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah. Permasalahan ini terlihat dari kurangnya kemauan siswa untuk mengumpulkan informasi serta mencari jawaban ketika guru memberikan permasalahan. Kalaupun siswa diberi kesempatan untuk bertanya, sedikit sekali yang melakukannya. Hal ini karena siswa masih takut atau bingung mengenai apa yang akan ditanyakan. Selain itu siswa kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya di dalam memecahkan masalah. Siswa masih minder atau pasif, belum mampu berpikir kritis dan belum berani mengungkapkan pendapat.
Pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) atau Problem Solving. Problem Solving memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Wina Sanjaya, 2009: 214). Tujuan yang ingin dicapai oleh Problem Solving adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: “Pemanfaatan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas VIII A SMP N 7 Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Secara praktis, faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran di antaranya adalah kurangnya perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Sebagian besar peserta didik malas diajak berpikir analisis pada materi pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya sikap pasif, apatis, kurang peduli dan masa bodoh dari peserta didik. Namun demikian, dapat dipahami bahwa munculnya tanda-tanda rendahnya keterkaitan peserta didik terhadap suatu pelajaran, sumber kesalahannya tidak hanya terletak pada peserta didik. Pelu disadari, bahwa keberhasilan dan kegagalan suatu pendidikan atau pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat dipengaruhi oleh seluruh komponen yang ada, baik itu pendidik, peserta didik, bahan ajar, proses belajar, tempat dan waktu belajar dan kelengkapan sarana serta prasarana. Berangkat dari kondisi tersebut, diperlukan strategi pembelajaran yang memungkinkan berkembangnya kemampuan berpikir kritis agar mencapai prestasi belajar yang memuaskan (Suryosubroto, 2010:190).
Pendekatan pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih pendidik dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik dalam menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Alwi Suparman (1999: 57) dalam Suryosubroto (2010: 195) bahwa strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, peserta didik, peralatan, bahan dan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik dituntut memiliki kemampuan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran. Untuk menentukan dan memilih pendekatan pembelajaran, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, kemudian memilih pendekatan pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif. Suatu pendekatan pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila metode tersebut dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari pendekatan yang lain. Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam memilih pendekatan pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi (Suryosubroto, 2010: 1). Bagaimana kegiatan belajar-mengajar di sekolah-sekolah pada umumnya, menurut Raka Joni dalam Karso (1993: 186) mengungkapkan bahwa secara operasional di dalam bentuk pelaksanaannya, pendidikan telah diciutkan menjadi tidak lebih dari upaya pemberian informasi, yang penguasaannya ditagih melalui ujian yang terutama memprasyaratkan hafalan. Hal ini mendorong timbulnya pemikiran baru untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah. Pemikiran ini mengarah pada perlunya penerapan strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan luas kepada para siswa untuk berlatih dan belajar mandiri dan melibatkan partisipasi siswa secara optimal dalam proses pembelajaran (Suryosubroto, 2010: 188).
Hasil wawancara dengan guru kelas VIII SMP N 7 Banjarnegara, menunjukkan adanya permasalahan yang dihadapi oleh guru yaitu kurangnya keterampilan berpikir kritis siswa sehingga proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah. Permasalahan ini terlihat dari kurangnya kemauan siswa untuk mengumpulkan informasi serta mencari jawaban ketika guru memberikan permasalahan. Kalaupun siswa diberi kesempatan untuk bertanya, sedikit sekali yang melakukannya. Hal ini karena siswa masih takut atau bingung mengenai apa yang akan ditanyakan. Selain itu siswa kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya di dalam memecahkan masalah. Siswa masih minder atau pasif, belum mampu berpikir kritis dan belum berani mengungkapkan pendapat.
Pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) atau Problem Solving. Problem Solving memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Wina Sanjaya, 2009: 214). Tujuan yang ingin dicapai oleh Problem Solving adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: “Pemanfaatan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Di Kelas VIII A SMP N 7 Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012”.
TAGS : CONTOH SKRIPSI FISIKA GRATIS, CONTOH SKRIPSI FISIKA LENGKAP, DOWNLOAD SKRIPSI FISIKA, PROBLEM SOLVING.